1. Masjid Agung Palembang
Masjid Agung Darussalam 1 atau yang biasa disebut Masjid Agung Palembang adalah sebuah masjid paling besar di kota palembang. Pembangunan masjid yang baru memakan waktu cukup lama, hingga pada 26 Mei 1748 atau pada 28 Jumadil Awal 1151 tahun hijriah, masjid tersebut baru diresmikan berdiri. Di awal pembangunannya, Masjid Agung Palembang disebut oleh masyarakat Palembang dengan nama Masjid Sulton. Nama tersebut merujuk pada pembangunan masjid yang diketuai dan dikelola secara langsung oleh Sultan Mahmud Badaruddin Jaya Wikramo
Masjid Agung Palembang sebagai salah satu masjid tertua yang ada di nusantara sudah mengalami berbagai renovasi. Salah satu renovasi terbesar terjadi pada tahun 1999. Renovasi yang dilakukan oleh Gubernur Laksamana Muda Haji Rosihan Arsyad tidak hanya memperbaiki bagian yang rusak, tetapi juga merestorasi bangunan masjid dengan menambahkan tiga bangunan baru. Ketiga bangunan tersebut antara lain, bangunan di bagian selatan masjid, di bagian utara, dan bagian timur. Pada renovasi dan restorasi ini, kubah masjid juga mengalami perbaikan di berbagai sisinya.
Masjid Agung Palembang mempunyai berbagai kegiatan, mulai dari kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari hingga kegiatan bulanan dan tahunan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap hari di Masjid Agung Palembang adalah shalat rawatib lima waktu dan dakwah masjid, hal ini sejalan dengan tujuan utama pembangunan masjid, yaitu untuk mengingat Allah dan memperkenalkan Islam. Sementara kegiatan rutin yang dilakukan setiap minggu adalah pengajian kitab Kuning yang dipimpin langsung oleh ulama-ulama Kota Palembang. Menariknya, tiap Ramadan tiba, masjid yang berlokasi di Jalan Jenderal Soedirman Palembang ini kerap mengadakan pembacaan Alquran satu juzz satu malam yang dilaksanakan setelah salat tarawih selama satu bulan penuh.
2. BENTENG KUTO BESAK
Sejarahnya, Benteng Kuto Besak adalah bangunan keraton dari abad ke-18 yang menjadi pusat Kesultanan Palembang. Benteng ini mulai dibangun pada tahun 1780 atas prakarsa Sultan Mahmud Badaruddin I yang memerintah pada tahun 1724-1758, lalu diselesaikan oleh penerusnya yaitu Sultan Mahmud Bahauddin yang memerintah pada tahun 1776-1803.
Kawasan pelataran di depan Benteng kuto Besak pun ditata sedemikian rupa oleh pemerintah kota Palembang, menjadi sebuah plaza alias alun-alun yang bisa digunakan wisatawan untuk beraktivitas.
Terkadang destinasi ini juga menjadi lokasi penyelanggaraan acara atau festival dengan panggung hiburan berlatar Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang memesona. Kemeriahan para wisatawan yang datang jadi pemandangan umum yang akan traveler saksikan bila bertandang ke sana.
Terkadang destinasi ini juga menjadi lokasi penyelanggaraan acara atau festival dengan panggung hiburan berlatar Sungai Musi dan Jembatan Ampera yang memesona. Kemeriahan para wisatawan yang datang jadi pemandangan umum yang akan traveler saksikan bila bertandang ke sana.
Secara lokasi, Benteng Kuto Besak terletak persis di tepi Sungai Musi. Bangunan ini memiliki nilai sejarah yang tinggi karena umurnya sudah mencapai ratusan tahun. Tak jauh dari sana, juga tampak Jembatan Ampera.
Saat malam tiba, biasanya kawasan Benteng Kuto Besak dipenuhi oleh pedagang pasar malam yang menjajakan dagangannya. Traveler bisa berburu kuliner khas di sini, berupa pempek, atau pun aneka jenis kuliner kaki lima lainnya yang tak kalah lezat.
Lebih asyiknya lagi kalau makan malamnya di atas kapal restoran terapung milik warga. Suasana akan terasa lebih dramatis karena cahaya dari deretan lampu-lampu taman menciptakan refleksi warna kuning pada permukaan sungai. Dijamin beda!
Saat malam tiba, biasanya kawasan Benteng Kuto Besak dipenuhi oleh pedagang pasar malam yang menjajakan dagangannya. Traveler bisa berburu kuliner khas di sini, berupa pempek, atau pun aneka jenis kuliner kaki lima lainnya yang tak kalah lezat.
Lebih asyiknya lagi kalau makan malamnya di atas kapal restoran terapung milik warga. Suasana akan terasa lebih dramatis karena cahaya dari deretan lampu-lampu taman menciptakan refleksi warna kuning pada permukaan sungai. Dijamin beda!
Benteng Kuto Besak-Palembang |
3. STADION GELORA SRIWIJAYA
Stadion Gelora Sriwijaya berada di dalam kompleks olahraga Jakabaring Palembang yang juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas olahraga lain, seperti kolam renang, fasilitas senam, hingga landas pacu balap sepeda. Stadion Gelora Sriwijaya Palembang sendiri merupakan stadion multifungsi terbesar ke tiga di Indonesia setelah Gelora Bung Karno dan Stadion Palaran di Samarinda.
Dibangun di atas lahan seluas 40 hektar, Stadion Gelora Sriwijaya Palembang mempunyai kapasitas penonton mencapai 40.000 orang. Terdapat empat tribun di dalam stadion, tribun utama dilindungi atap yang ditopang oleh dua lengkung baja berukuran besar. Pada sisi timur stadion terdapat obor raksasa dilengkapi dengan logo garuda, tepat di bagian belakangnya terdapat layar lebar yang biasa digunakan sebagai layar untuk menuliskan skor pertandingan.
Secara umum, bentuk stadion kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan ini mengadopsi bentuk perahu. Bentuk ini dipakai sebagai simbol kejayaan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim terbesar yang pernah ada di nusantara.
Stadion Gelora Sriwijaya Palembang mulai dibangun pada 1 Januari 2001, kemudian pembangunannya dipercepat hingga digunakan pada September 2004 sebagai tuan rumah PON XVI. Sebagai markas Sriwijaya FC, salah satu klub raksasa dalam kompetisi sepakbola nasional, Stadion Gelora Sriwijaya merupakan salah satu dari tiga stadion dengan standar A asia yang dimiliki Indonesia.
Sebagai stadion standar A asia, Gelora Sriwijaya Palembang kerap ditunjuk sebagai tempat berlangsungnya pertandingan besar. Pada 2007, stadion ini dipercaya sebagai pendamping stadion Gelora Bung Karno dalam perhelatan akbar Piala Asia. Selain itu, Stadion Gelora Sriwijaya juga menjadi tempat puncak perhelatan Sea Games 2011 ketika Palembang ditunjuk sebagai tuan rumah.
Memasuki akhir pekan di pagi dan sore hari, sekitaran Stadion Gelora Sriwijaya kerap diramaikan oleh masyarakat yang ingin berolahraga. Apalagi di bagian luar stadion terdapat taman yang kerap digunakan oleh masyarakat sebagai tempat beristirahat setelah berolahraga. Teduhnya pepohonan dan megahnya bangunan stadion menjadikan masyarakat memiliki kebanggaan tersendiri, untuk terus menjaga dan melestarikannya dengan selalu menjaga kebersihan.
Gelora Sriwijaya |
4.MONPERA
Monpera adalah salah satu ikon Kota Palembang yang dibangun untuk mengenang para pejuang yang gugur dalam pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang. Pertempuran ini bermula saat Belanda datang kembali ke Kota Palembang pada tanggal 12 Oktober 1945 atau dua bulan setelah Indonesia merdeka. Tentara NICA Belanda datang bersama dengan tentara Sekutu.
Gedung Monpera sudah berdiri sejak 17 Agustus 1975. Akan tetapi, gedung ini baru diresmikan pada tanggal 23 Februari 1988 oleh Menkokesra Alamsyah Ratu Perwira Negara. Secara umum, bangunan Monpera berbentuk seperti melati berkelopak lima. Melati adalah sebuah bunga yang menyimbolkan kemurnian perjuangan para pahalwan. Simbolisasi kemerdekaan juga terlihat dari tinggi gedung yang 17 meter, jalur tampak depan 8, dan jumlah jalur serta bidang mencapai 45.
Bukit Siguntang |
Alamat lengkap Al-Quran Al-Akbar berada di Jalan M Amin Fauzi, Soak Bujang, RT 03, RW 01, Kelurahan Gandus, Kecamatan Gandus, Palembang, Sumatera Selatan. Dari pusat kota Palembang menuju lokasi berjarak sekitar 9 km, apabila menggunakan kendaraan bermotor dapat ditempuh dalam waktu sekitar 25 menit.
Danau Jakabaring 2018
DANAU JAKABARING |
Posting Komentar